cantik... kau begitu cantik setelah lama tak jumpa tangan itu masih kurasa hangat dijemariku suaramu masih kukenal baik ditelingaku dan l...
ia menukik,menusuk pertengahan jantung yang berdetak
menyesakkan nafas hingga habis d ujung kerongkongan
melambat denyut nadi seakan tengah menuju perhentian
itu tetesan airmata yg jatuh tanpa paksaan
mencoba percaya namun keraguan mendorongku pulang
ini kebahgiaanmu dengan dia yg terurai jauh oleh jarak
tak ingin hadirku menjadi noktah pada janji kalian
tak mau kebahagiaanku merenggut kebahagiaanya atas hadirmu dihatinya
kasih... kembalilah padanya
aku tau bahwa hatinya menunggu sapamu pulang
aku pahami kegelisahannya takut kehilangan
dan emosinya hanya karena pastikan dia tetap mencinta diwaktu yg tak ada
jika ku tau cintaku lukai hatinya
takkan pernah ku ucap seuntai kata cinta sekecilpun itu
kan ku biarkan rasa ini cukup berkawan denganmu
tanpa harus kumiliki dan tengahi cinta antara kamu dan dia
biar aku mencintaimu tanpa sebuah kata "memiliki"
timeline seolah seperti sebuah belati tajam ia menukik,menusuk pertengahan jantung yang berdetak menyesakkan nafas hingga habis d ujung ke...
Namun apa yang telah kau berikan membuat ku kecewa.
Mulut manis mu itu telah memperdayai ku sehingga aku terjerembab kedalam kemunafikan mu.
Maksud baik ku sapa diri mu dihari yang luar biasa untuk bersilaturahmi.
Namun jawab mu dengan suara merdu mematahkan semangat ku.
Aku bukan mempermasalahkan materi karena itu hanya ilusi.
Dan kau memang telah memainkan ilusi itu dengan gerak tubuh mu yang mempesona.
Terulang kembali kau tipu dan campakkan tak kan membuat ku jera.
Melainkan pengalaman pahit ku yang semakin kuat untuk mendapat serangan lain.
Kini ku hanya bisa berharap dan berdoa semoga kau tetap berjalan dijalan yang terbaik.
Aku akan berusaha diam menunggu mu menyapa ku.
Kan ku jawab dengan penuh riang walaupun itu berita duka yang sering kau ungkapkan untuk menipu ku.
Kini aku tak kan mudah terperdaya lagi oleh sebuah ilusi yang kau lontarkan.
Ku berharap niat tulus yang ku berikan dapat menjalin hubungan yang baik. Namun apa yang telah kau berikan membuat ku kecewa. Mulut manis...
melumpuhkan rasa gengsiku untuk memilihmu
slengean,apa adanya dan tanpa peraturan
sudah kupastikan sosok itu kamu
namun lembut dan penuh tawa
merasa nyaman aku terlelap diatas angin
menikmati hembusan segar udara pagi
berjemur ditengah hangatnya mentari
dan terpejam dengan nyanyian nina bobo sang rembulan
aku merasakan ketidakpastian ini
tlah mencampuradukkan prinsip dan rasaku
menyentuh sebagian kelemahan dalam organ tubuhku
menukar prinsip hidup dengan kenyamanan tawa yang kau miliki
sungguh aku bertekuk lutut dihatimu
merunduk menahan tangis karena takut kehilanganmu
sungguh aku lemahkan energi dalam tubuhku
agar tak ada perlawanan saat hatimu bertamu dihatiku...
Karakter laki-laki bebas yang kau punya melumpuhkan rasa gengsiku untuk memilihmu slengean,apa adanya dan tanpa peraturan sudah kupastika...
pada selembar gurat wajah dan air mata
deburan luka menggores hati hingga tercoret
pada bait pena dalam kertas putih yang tersusun rapi
engkau yang disana telah menggores satu tanya
akankah kerinduan menjadi asa yang membanggakan
membiru pada semburat cinta saat kau kembali
agar tak sianya aku menghitung mundur hari pada jariku
malam membutakan sebuah cahaya pada bintang yang indah
dan pagi hanya terdengar bising tetangga yang sibuk dengan hujatan
mataku tertuju tepat padamu,sudah pasti bukan sosokmu
tapi hanya secoret taa dari fotomu yang kupajang didinding kamarku
kau datang membawa lentera saatku tersesat dalam gelap
dan kau pergi bergegas menghilang ditengah deburan ombak
hmmm...aku tak paham mengapa cinta ini mengecoh rasaku
membolak balikkan yang ku miliki tlah hilang dan yang datang kini pergi
tapi jangan kau rasakan cemas dihatimu
tenanglah,jiwa ini diciptakan untuk menjadi penyertamu
rumah kecil nan indah kala kau pulang
dan plipur lara kala kau kesepian
langkahku kan jadi yang pertama menyambutmu
tawa ini kan jadi kalung bunga yang kurangkai
dan kan ku lebur bersama satu senyum manis dibibirmu
serta jemari ini bersamamu merangkul letih saat kau pulang nanti...
percikan rindu itu bercengkrama pada selembar gurat wajah dan air mata deburan luka menggores hati hingga tercoret pada bait pena dala...
saat ku minum serentak ia lumpuhkan syaratku
mencobak cabik jantung di dadaku
melemahkan segala organ ditubuhku
dan menghilangkan akal pikirku
tergeletak menerawang pada dinding kamar yang terdiam
hanya merunduk kaku seakan mereka disekitarku tau
aku tengah berduka,berperang dengan ego dan akal sehatku
memilih tentang rasa,keinginan dan masa depan
seperti korek yang mau tak mau harus membakar dirinya
untuk bisa menjadi sebuah penerang
api yang hidup untuk menjadi sesuatu yg berguna
layaknya sebuah lilin yang harus meleleh utk menjadi sebuah lentera
namun aku bukan korek atau lilin
aku hanya sebuah mimpi yang tuhan kirim bagimu
mimpi indah yang membiarkanmu terlelap tidur
hanya dirimulah yang bisa menjadikan mimpimu nyata
dengan bergegas bangun dan mengejar apa yang tersedia
untuk kau kejar,pastinya dengan mental baja....
ia tak ubahnya seperti sebuah racun saat ku minum serentak ia lumpuhkan syaratku mencobak cabik jantung di dadaku melemahkan segala organ...
dan matematika terperangkap rumus
lalu peraturan apa yang ku pegang saat rasa itu mulai muncul
perlahan datang dengan seringai tawa celoteh seorang kawan
mengayuh disungai kecil dan berarus deras
namun tiba-tiba berlari mengejar yang pergi
mencoret sebuah gengsi dengan kepercayaan diri
melumpuhkan kemunafikan dengan nyatanya prasaan
untung dayungku bersambut bersama perahumu
berjalan menuju satu dermaga yang sama
tawamu kini utuh menjadi semangatku
sayangmu kini senantiasa merengkuh tubuhku
rasamu ku akui kini milikku
dan jiwamu sudah kupastikan terkunci rapat dicintaku
terimakasih untukmu yang bersedia mengemudi pesawatku
terbang lepas menjemput mimpi bersama
dan mendarat dalam asa yang indah....
jika alfabhet itu hanya terhitung jari dan matematika terperangkap rumus lalu peraturan apa yang ku pegang saat rasa itu mulai muncul per...